Saturday, May 14, 2011

Perkongsian dan Renungan : AKU

 Sudah lama tidak ku update blog nie, bukan sbb malas tp x sempat je...biasa la, "Orang yang sibuk adalah orang yang paling banyak masanya" (p/s: fikirkan lah).... namun, kesibukan itu juga penting dalam melupakan sesuatu dan menghindarkan diri dari lalai akan perkara yang sia-sia...

Dalam posting ini, mahu aku kongsikan satu puisi bertajuk AKU, karya Chairil Anwar a.k.a Si Bintang Jalang... 
Berkongsi Puisi bukanlah bermakna, aku tgh jiwang kerana puisi dapat mengajar kita untuk lebih berfikir akan apa yg hendak disampaikan akan penulisnya....menerusi puisi jugalah kita, dapat menghayati erti kehidupan...




Sebelum, membaca puisi ini...ingin hati ini tegaskan bahawa 
"SAYA BUKAN BUDAK SASTERA ATAUPUN PENGAJIAN BAHASA NAMUN SAYA SANGAT CINTAKAN BAHASA"

AKU-Chairil Anwar 'Si Binatang Jalang'

Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak peduli 
Aku mau hidup seribu tahun lagi

SIAPA Chairil Anwar??
Chairil Anwar dilahirkan di kota Medan 26 Juli 1922 dan tutup usia di usianya yang ke-27 di Jakarta 28 April 1949. Chairil tidak pernah memiliki latar belakang sastra, namun dengan semangat dan tekadnya dia belajar dan memilih sastra sebagai jalan hidupnya. Dengan kekuatan itu ia mengolah pilihan tersebut menjadi hal yang sangat mengagumkan. Namun sayang, Chairl tidak mendapat kesempatan untuk menyaksikan karya-karyanya dipuja dan dibanggakan bangsa ini karena ajal telah menjemputnya.

Puisi berjudul AKU ini ditulis Chairil pada bulan Maret 1943 dan pernah dimuat di majalah sastra Pembangunan No.1/tahun1 tanggal 10 Desember 1945. Ini adalah salah satu karyanya yang paling terkenal selain karyanya yang lain Kerikil Tajam dan Yang Terhempas dan Yang Terputus, Deru Campur Debu , Antologi Tiga Menguak Takdir yang ditulis bersama rekannya Asrul Sani dan Rivai Apin. Dan lain sebagainya.


Chairil Anwar (Medan, 26 Juli 1922 — Jakarta, 28 April 1949) atau dikenal sebagai “Si Binatang Jalang” (dalam karyanya berjudul Aku [1]) adalah penyair terkemuka Indonesia. Bersama Asrul Sani dan Rivai Apin, ia dinobatkan oleh H.B. Jassin sebagai pelopor Angkatan ‘45 dan puisi modern Indonesia.

Masa kecil

Dilahirkan di Medan, Chairil Anwar merupakan anak tunggal. Ayahnya bernama Toeloes, yang bekerja sebagai pamongpraja. Dari pihak ibunya, Saleha dia masih punya pertalian keluarga dengan Sutan Sjahrir, Perdana Menteri pertama Indonesia.

Chairil masuk Hollands Inlandsche School (HIS), sekolah dasar untuk orang-orang pribumi waktu penjajah Belanda.  Dia kemudian meneruskan pendidikannya di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs, sekolah menengah pertama belanda, tetapi dia keluar sebelum lulus. Dia mulai untuk menulis sebagai seorang remaja tetapi tak satupun puisi awalnya yang ditemukan.

Pada usia sembilan belas tahun, setelah perceraian orang-tuanya, Chairil pindah dengan ibunya ke Jakarta di mana dia berkenalan dengan dunia sastera. Meskipun pendidikannya tak selesai, Chairil menguasai bahasa Inggris, bahasa Belanda dan bahasa Jerman, dan dia mengisi jam-jamnya dengan membaca pengarang internasional ternama, seperti: Rainer M. Rilke, W.H. Auden, Archibald MacLeish, H. Marsman, J. Slaurhoff dan Edgar du Perron. Penulis-penulis ini sangat mempengaruhi tulisannya dan secara tidak langsung mempengaruhi puisi tatanan kesusasteraan Indonesia.

Masa Dewasa

Nama Chairil mulai terkenal dalam dunia sastera setelah pemuatan tulisannya di “Majalah Nisan” pada tahun 1942, pada saat itu dia baru berusia dua puluh tahun. Hampir semua puisi-puisi yang dia tulis merujuk pada kematian. Chairil ketika menjadi penyiar radio Jepang di Jakarta jatuh cinta pada Sri Ayati tetapi hingga akhir hayatnya Chairil tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkannya.

Semua tulisannya yang asli, modifikasi, atau yang diduga diciplak dikompilasi dalam tiga buku : Deru Campur Debu (1949); Kerikil Tajam Yang Terampas dan Yang Putus (1949); dan Tiga Menguak Takdir (1950, kumpulan puisi dengan Asrul Sani dan Rivai Apin).

Akhir Hidup

Vitalitas puitis Chairil tidak pernah diimbangi kondisi fisiknya, yang bertambah lemah akibat gaya hidupnya yang semrawut. Sebelum dia bisa menginjak usia dua puluh tujuh tahun, dia sudah kena sejumlah penyakit. Chairil Anwar meninggal dalam usia muda karena penyakit TBC[6] Dia dikuburkan di Taman Pemakaman Umum Karet Bivak, Jakarta. Makamnya diziarahi oleh ribuan pengagumnya dari zaman ke zaman. Hari meninggalnya juga selalu diperingati sebagai Hari Chairil Anwar.

sumber biodata dari :http://on-preassure.blogspot.com/2010/04/chairil-anwar.html

Buku-buku

Deru Campur Debu (1949)
Kerikil Tajam dan Yang Terampas dan Yang Putus (1949)
Tiga Menguak Takdir (1950) (dengan Asrul Sani dan Rivai Apin)
“Aku Ini Binatang Jalang: koleksi sajak 1942-1949″, diedit oleh Pamusuk Eneste, kata penutup oleh Sapardi Djoko Damono (1986)
Derai-derai Cemara (1998)
Pulanglah Dia Si Anak Hilang (1948), terjemahan karya Andre Gide
Kena Gempur (1951), terjemahan karya John Steinbeck

P/s: Nanti InsyaAllah, akan di update apa yang telah di alami pada sepanjang sem 4, bagi penjalanan jihad ini...

1 comment: